Friday, March 19, 2021

Menjadi Orang Kuat Dari Perspektif Islam


Jika muncul pertanyaan kepada kita “Siapa orang terkuat?” pasti nama-nama yang akan kita sebutkan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bertarung atau bergulat. Ya, itu tidaklah keliru, akan tetapi, jika kita mendengar apa yang disebutkan nabi kita Muhammad ﷺ maka persepsi kita tentang orang kuat akan berubah. Nabi Muhammad ﷺ menyebutkan dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

(لَيْسَ اَلشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا اَلشَّدِيدُ اَلَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ اَلْغَضَبِ  (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

"Orang kuat itu bukanlah orang yang menang bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah." (Muttafaq Alaihi).

Dari hadits tersebut ada beberapa pelajaran yang dapat kita teladani bersama, yaitu:

1. Hadits ini menjadi dalil bahwa kekuatan yang sebenarnya bukan berada pada kemampuan kita dalam bertarung  atau bergulat. Akan tetapi, kekuatan yang sebenarnya adalah kekuatan hakiki. Orang kuat bukanlah orang yang selalu menang ketika bertarung, melainkan ketika dia marah, dia mampu menahan amarahnya.

2. Marah adalah hal yang wajar bisa terjadi pada siapa saja. Akan tetapi, orang yang kuat bukanlah orang menuruti keinginan marahnya tersebut, melainkan mampu mengontrol atau menekan dirinya ketika marah.

3. Rasulullah ﷺ di hadits yang lain berpesan kepada seorang untuk tidak marah. Imam Al Bukhari meriwaatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺbersabda:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ  لَا تَغْضَبْ

seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah”

Hadits itu mengajarkan kepada kita untuk menguasai diri ketika marah, sehingga tidak dikendalikan oleh emosi marahnya tersebut. Hal ini karena ketika nafsu marah telah menguasai seseorang, maka nafsu marah ini akan mengendalikannya.

4. Ketika kita mampu menahan marah, maka tergolong orang yang melakukan kebaikan dan Allah ﷻ menyukai orang yang berbuat kebaikan. Allah ﷻ berfirman :


ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡڪَـٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ‌ۗ وَٱللَّهُ يُحِب
ٱلۡمُحۡسِنِينَ

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S Ali Imran:134)

Referensi:

Al-Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. 2016. Syarah Kitab Al-Jami’. Terjemahan Ahmad Dzulfikar. Solo: Pustaka Arafah

0 Comments:

Post a Comment