Saturday, March 27, 2021

Ciri-Ciri Karakter Muslih Yang Perlu Ada Pada Diri Setiap Muslim

Salah satu ciri-ciri mushlih adalah memperbaiki lingkungan masyarakat dan diawali dengan musyawarah
(Sumber: koleksi pribadi) 


Mungkin banyak yang belum mengenal kata “muslih” Ketika disebutkan. “Muslih” jika diartikan adalah orang yang tidak hanya memerhatikan keshalihan pribadinya sendiri, akan tetapi senantiasa berusaha dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Karakter ini perlu ditumbuhkan di dalam jiwa setiap muslim karena bisa menjadi sebab Allah tidak akan membinasakan suatu kaum sebagaimana yang tertulis dalam Q.S Hud ayat 117.

وَمَا ڪَانَ رَبُّكَ لِيُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظ لۡ م وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang senantiasa melakukan perbaikan”

 

Menurut Tafsir dari Kementerian Agama R.I, ayat tersebut menceritakan Allah tidak akan membinasakan suatu negeri jika para penduduk negeri tersebut masih senantiasa melakukan perbaikan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain, tidak melakukan perbuatan zalim. Kata “zalim” telah kita ketahui diartikan sebagai menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya, seperti halnya perbuatan liwath (menyukai sesame jenis) pada kaum Nabi Luth alaihis salam. Perbuatan tersebut dikatakan zalim karena menempatkan apa yang kita miliki bukan melalui jalur yang sudah ditetapkan secara syariat.

Bahkan, azab dari Allah tidak akan pandang bulu jika diturunkan di suatu tempat, baik orang yang beriman dan orang yang zalim akan sama memperoleh dampaknya. Q.S Al-Anfal ayat 25:

 

وَٱتَّقُواْ فِتۡنَةً۬ لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنكُمۡ خَآصَّةً۬

Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu…”

 

Pada ayat tersebut disebutkan bahwa adzab atau siksaan yang kelak akan diturunkan Allah tidak hanya menimpa orang-orang dzhalim saja, akan tetapi semua orang yang berada di tempat tersebut. Selanjutnya, kita akan mengetahui ciri-ciri para perilaku ishlah atau perbaikan yang perlu ada disetiap Muslim  

  • Memperbaiki diri sendiri.

Allah berfirman dalam Q.S An-Naml ayat 19, dalam salah satu penggalan ayat

 

وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَٰلِ حا تَرۡضَٮٰهُ

“…dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai…”

Ayat tersebut memberikan pelajaran kepada kita bahwa amalan sholih yang pribadi kita lakukan bertujuan hanya untuk meraih ridha-Nya atau dengan kata lain ikhlas.

  •  Memperbaiki Keluarga.

Setelah kita melakukan perbaikan terhadap diri sendiri, kita melakukan perbaikan terhadap  kualitas keimanan keluarga dan orang-orang terdekat kita. Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahqaf: 15.

وَأَصۡلِحۡ لِى فِى ذُرِ يَّتِ ى

 

“…berilah kebaikan kepadaku dengan [memberi kebaikan] kepada anak cucuku…”

Hal ini juga sesuai dengan apa yang ada di sirah nabawiyah bahwa sebelum melakukan perbaikan untuk kalangan luas, Nabi Muhammad mendakwahi keluarganya sesuai dengan perintah Allah pada Q.S Asy-Syu’ara’: 214

وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat

  • Memperbaiki Lingkungan Masyarakat.

Ciri-ciri terakhir orang yang berkarakter mushlih adalah melakukan perbaikan di lingkungan masyarakat. Allah berfirman dalam Q.S Al-Anfal: 1.

 

وَأَصۡلِحُواْ ذَاتَ بَيۡنِڪُمۡ

“…perbaikilah hubungan di antara sesamamu…”

  

Monday, March 22, 2021

10 Info Keliru Tentang COVID-19 Yang Terlanjur Dipercayai

(Sumber: Source)
Kita telah ketahui bersama dari berbagai media belakangan ini di seluruh dunia terjadi  pandemi COVID-19. Menurut data dari WHO sendiri, sampai dengan tanggal 21 Maret 2020 telah ditemukan 266.073 kasus dengan kasus kematian mencapai 11.184. Di Indonesia sendiri, kasus COVID-19 hingga tanggal 21 Maret 2020 telah mencapai 450 kasus dengan kasus kematian 38 kasus. Hal ini, memunculkan rasa kewaspadaan terhadap lingkungan sekitar. Akan tetapi, banyak dari kita “terlanjur memercayai” info keliru mengenai COVID-19 yang telah tersebar di masyarakat. Info-info tersebut akan saya bagikan kepada pembaca sekalian.

1. COVID-19 tidak dapat menyebar pada kondisi iklim yang panas
Pada faktanya, penyebaran COVID-19 tidak dipengaruhi oleh kondisi iklim di suatu tempat. Baik iklim panas atau lembab, COVID-19 akan tetap menyebar. Tanpa mempedulikan iklim di suatu tempat, cara untuk menghindari COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona adalah dengan tidak mendatangi daerah yang telah dilaporkan ditemukan COVID-19. 

2. COVID-19 adalah senjata biologis.
Di lingkungan masyarakat kita, sempat tersebar isu bahwa COVID-19 adalah senjata biologis yang diciptakan dari laboratorium. Hal ini tidaklah benar.  Virus penyebab penyakit COVID-19, tidak diciptakan dari laboratorium, melainkan melalui proses yang terjadi di alam. Hal ini telah dikonfirmasi berdasarkan analisis sekuensing genom dari SARS-CoV-2 yang selanjutnya dibandingkan sekuensing genom dengan virus lainnya oleh para ilmuwan.

3. Mandi dengan air panas dapat mencegah COVID-19
Tindakan ini tidak dapat mencegah diri kita dari COVID-19. Suhu normal tubuh kita berkisar antara 36,5 0C sampai dengan 37 0C.  Justru ketika kita mandi menggunakan air panas sampai dengan suhu ekstrim dapat berbahaya bagi tubuh kita. Tindakan pencegahan yang dapat kita lakukan sekarang cukup dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun.

4. COVID-19 dapat menyebar melalui  gigitan nyamuk.
Sampai saat ini belum ditemukan bukti bahwa COVID-19 dapat menyebar melalui gigitan nyamuk.  COVID-19 justru menyebar melalui cairan tubuh penderita yang terpapar penyakit ini. Penyebaran cairan tubuh pendrita ini dapat melalui batuk, bersin, ludah, dan cairan hidung. cara untuk menghindari penyakit selain dengan mencuci tangan dengan sabun, juga dengan menghidari kontak penderita batuk dan bersin.

5. Memakan bawang putih dapat melindungi dari COVID-19
Bawang putih adalah makanan sehat yang dapat berfungsi sebagai antimikroba. Namun, belum ada bukti yang menyatakan bahwa memakan bawang putih dapat melindungi kita dari COVID-19. 

6. COVID-19 hanya menginfeksi orang yang sudah lanjut usia
Virus SARS-CoV-2 dapat menginfeksi siapa saja baik orang yang sudah lanjut usia atau anak muda sekalipun.  Orang yang memiliki penyakit komplikasi lebih rentan untuk terkena penyakit COVID-19 ini. WHO menyarankan kepada kita dari berbagai kalangan usia dengan memproteksi diri dari penyakit COVID-19 dengan menjaga kebersihan tangan serta saluran pernapasan.

7. Antobiotik dapat melindungi kita dari COVID-19
Antibiotik tidak dapat bekerja terhadap virus, melainkan hanya bakteri. Sedangkan penyakit COVID-19 disebabkn oleh virus, bukan bakteri. 

8. Vaksin Pneumonia dapat melindungi kita dari virus SARS-CoV-2
Vaksin pneumonia hanya dapat meindungi kita dari penyakit pneumonia, bukan dari virus SARS-Cov-2. Virus SARS-Cov-2 tergolong virus baru sehingga vaksinnya masih dalam penelitian.

9. Menyemprotkan alkohol ke seluruh tubuh dapat melindungi dari penyakit COVID-19
Menyemprotkan ke seluruh tubuh tidak dapat melindungi kita dari virus tersebut, melainkan hanya membahayakan bagi tubuh karena alkohol tersebut dapat masuk ke tubuh kita (misalnya menyemprotkan ke mata atau mulut). Memang pada dasarnya alkohol termasuk cairan desinfektan, akan tetapi harus tetap dalam aturan dan takaran yang sesuai.

10. Meminum air garam dapat melindungi dari virus SARS-Cov-2 
Belum ada bukti bahwa dengan meminum air garam dapat melindungi diri kita dari infeksi virus SARS-CoV-2. Bahkan untuk penyakit infeksi pernapasan yang lainnya menggunakan air garam ini untuk mencegah belum memberikan bukti yang akurat.

Referensi:

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/advice-for-public/myth-busters (diakses pada tanggal 22 Maret 2020)

https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi-emerging/info-corona-virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-COVID-19-22-maret-2020/#.Xnbw1_kzbIU (diakses pada tanggal 22 Maret 2020)

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports (diakses pada tanggal 22 Maret 2020)

https://www.sciencedaily.com/releases/2020/03/200317175442.htm (diakses pada tanggal 22 Maret 2020) 

https://www.genengnews.com/news/coronavirus-evolved-naturally-and-is-not-a-laboratory-construct-genetic-study-shows/ (diakses pada tanggal 22 Maret 2020)

Retikulum Endoplasma: Pengertian, Struktur, Fungsi, dan Enzim

Terima kasih telah mampir ke blog saya, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang retikulum endoplasma, organel sel  yang terbentuk dari adanya invaginasi atau pelipatan membran sel ke arah dalam. Proses invaginasi ini membentuk beberapa organel lain, tidak hanya retikulum endoplasma, seperti badan golgi dan vakuola.  Selanjutnya , kita akan pelajari bersama segala hal yang berkaitan dengan retikulum endoplasma meliputi pengertian, struktur dan fungsinya.

1. Pengertian Retikulum Endoplasma
Pengertian retikulum endoplasma berdasarkan bahasa dapat diartikan sebagai jejaring kecil yang terdapat dalam cairan sitoplasma (retikulum berasal dari kata reticular yang berarti jaringan; dan endoplasma berarti berada dalam sitoplasma). 

2. Struktur Retikulum Endoplasma
Secara umum, struktur retikulum endoplasma apabila diamati terlihat menyerupai jejaring atau lembaran-lemmbaran yang mengalami pelipatan.  Adanya jejaring atau lembaran yang mengalami pelipatan membentuk sisterna (berasal dari kata cisterna, berarti penampung cairan). Setiap sisterna yang terbentuk dari adanya pelipatan membran (atau jejaring) membentuk suatu lumen (rongga). Membran retikulum endoplasma ini bersifat kontinyu artinya bersambungan dengan membran nukleus atau membran inti. Membran retikulum endoplasma dengan membran nukleus dibatasi oleh lumen retikulum endoplasma. Untuk lebih mudah dipahami, mari kita perhatikan gambarnya sebagai berikut. 
Struktur Retikulum Endoplasma
(Sumber: Reece et al, 2017)

Stuktur Sisterna yang Terbentuk dari Pelipatan Membran R.E
(Sumber: Marianti dkk., 2007)

Pada dasarnya, retikulum endoplasma (selanjutnya kita gunakan singkatan R.E untuk retikulum endoplasma) terbagi menjadi dua, yaitu R.E kasar dan R.E Halus.

R.E Kasar
Disebut R.E kasar karena pada bagian membrannya ditempeli oleh ribosom. R.E kasar ini juga disebut dengan R.E granular. R.E kasar ini berupa tumpukan membran yang membentuk sisterna. R.E kasar ini memiliki peran dalam dalam mensintensis protein karena adanya ribosom yang menempel pada R.E. R.E kasar ini dapat ditemukan dengan jumlah yang lebih besar pada pankreas.

R.E Halus
Disebut R.E halus karena pada permukaan membrannya tidak ditempeli oleh ribosom.  R.E halus ini dijuga dikenal dengan nama R.E agranular. R.E halus secara struktur terbentuk dari anyaman saluran-saluran halus. R.E halus ini memiliki fungsi atau peran berbeda dalam berbagai proses metabolik pada tubuh, diantaranya sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, dan detoksifikasi obat-obatan maupun racun. R.E halus ini ditemukan dengan jumlah besar pada sel-sel epitelial. 

Ketebalan membran R.E relatif lebih tipis jika dibandingkan dengan membran sel karena adanya perbedaan pada komposisi molekul penyusunnya. Pada membran R.E kandungan proteinnya lebih tinggi dibanding dengan yang ada pada membran sel. Selain itu, membran R.E memiliki kandungan kolesterol/lemak yang lebih rendah dibanding pada membran sel. Hal yang demikian menyebabkan membran R.E lebih stabil dibandingkan membran sel. 

3. Fungsi Retikulum Endoplasma
Fungsi retikulum endoplasma bervariasi diantaranya sebagai berikut.

Sintesis protein
Sintesis protein atau rantai polipeptida terjadi pada R.E kasar yang proses elongasi (pemanjangan) tidak berada di sitosol, melainkan pada lumen R.E.  Sintesis protein ini melibatkan dua reseptor, yaitu reseptor yang diperlukan untuk mengenali ribosom subunit besar yang nantinya akan mengikat ribosom pada permukaan membran R.E sehingga memungkinkan terjadinya pemindahan rantai polipeptida dari sitosol ke lumen R.E. reseptor yang lain diperlukan untuk mengikat ujung 3’ mRNA yang akan diterjemahkan. Pemindahan rantai polipeptida ke dalam lumen R.E ini ditentukan oleh terjemahan dari mRNA. Pada mRNA terdapat kodon untuk polipeptida isyarat dan proses penerjemahannya terjadi di sitosol. 

Sintesis lipid
Sintesis lipid ini terjadi pada R.E halus.  Lipid yang disintesis pada R.E halus termasuk didalmnya fosfolipid dan steroid. Stroid yang dihasilkan oleh R.E halus ini antara lain adalah hormon seks pada hewan bertulang belakang dan hormon yang sisekresikan oleh kelnjar adrenal. Adapun fosfolipid yang disintesis oleh R.Ehalus kebanyakannya adalah molekul fosfatidilkolin. Molekul fosfatidilkolin disintesis oleh R.E halus dari glukosa-fosfat dan kolin. 

Detoksifikasi
Detoksifikasi terjadi di R.E halus. Proses detoksifikasi ini melibatkan enzim sitokrom P450. Pada membran R.E halus ini, senyawa toksin yang terlarut dalam lipid dioksidasi menggunakan oksigen dan NADPH dengan bantuan katalisator NADPH-sitokrom P450 dan sitokrom P450. Hasilnya adalah senyawa yang mudah terlarut dalam air sehingga mudah untuk dibuang oleh tubuh.

Metabolisme karbohidrat
Metabolisme karbohidrat dilaksakan oleh R.E halus. R.E halus mengubah glikogen yang tersimpan dalam hati menjadi glukosa yang selnjutnya dilepaskan ke dalam darah. 

4. Enzim-enzim Retikulum Endoplasma
Enzim-enzim yang terdapat dalam retikulum endoplasma diantaranya sebagai berikut.
Glukosa-6-fosfatase yang berperan pada salah satu reaksi glukoneogenesis
Nukleosida fosfatase yang berperan dalam metabolisme nukleotida 
Glikosiltransferase yang berperan sebagai katalisator dalam sintsis glikolipid dan glikoprotein
Sitokrom P450 berperan dalam detoksifikasi senyawa racun dalam tubuh
Enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme asam lemak, sintesis fosfolipid dan steroid. 

Referensi:

Marianti, Aditya dan Sumadi. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu

Reece, Jane B. et al. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan Damaring Tyas Wulandari. Erlangga: Jakarta

Reece, Jane B., et al. 2017. Campbell Biology.  11th Ed. Lake Ave: Pearson Education

Ketahanan Coronavirus di Udara serta Cara Mendisinfeksinya

Coronavirus
(Sumber:Source)
Coronavirus, begitulah namanya. Virus ini kita kenal menjadi sebab terjadinya pandemi COVID-19 yang melanda di seluruh dunia. Pada umumnya, makhluk yang “terkatogerikan” oleh para ahli sebagai virus ini tidak akan aktif ketika berada di luar tubuh makhluk hidup. Dengan kata lain, ketika virus ini berada di udara atau di luar tubuh makhluk hidup (inang), maka dia tidak akan melakukan aktifitas yang menunjukkan adanya kehdupan pada dirinya. Coronavirus memiliki kemampuan bertahan  di udara atau di luar tubuh makhluk hidup (inang) . Pada postingan kali ini, saya akan membagikan informasi terkait kemampuan bertahan virus di luar inangnya (udara) serta cara kita untuk mendisinfeksinya.

Di awal tahun 2020, para peneliti menguji ketahanan coronavirus ini di udara dengan menggunakan pegujian di berbagai jenis permukaan benda, seperti besi, aluminium, plastik, dan sebagainya. Para peneliti tidak hanya menguji ketahanan coronavirus di luar tubuh inangnya, mereka juga  menguji senyawa biosidal yang dapat dipergunakan untuk melakukan disinfektasi. 

Coronavirus yang menginfeksi manusia memiliki kemampuan dapat bertahan di suhu ruang (kurang lebih berkisar antara 200C sampai dengan 250C) hingga mencapai 9 hari. Suhu ruang yang mencapai 300C atau lebih dapat mengurangi kemampuan coronavirus untuk berada di udara. Bahkan pada jenis coronavirus yang menginfeksi hewan memiliki kemampuan bertahan di udara hingga 28 hari. Potensi besar yang menjadi sumber penularan coronavirus ini berada di permukaan peralatan atau benda-benda yang ada di fasilitas kesehatan (klinik kesehatan, puskesmas, atau rumah sakit). Meskipun begitu, pada lingkungan sekitar kita juga perlu diperhatikan karena bisa menjadi media penularan coronavirus ini. Terutama setelah menyentuh bende-benda di sekitar, jangan langsung menyentuh wajah kita tanpa membersihkan terlebih dahulu tangan kita. Dari data  yang ada, dalam satu jam kita dapat menyentuh wajah kita hingga 23 kali. sehingga kita perlu untuk melakukan disinfektasi pada benda-benda di sekitar kita untuk mengurangi peluang terjadinya penularan coronavirus ke tubuh kita.

Ilustrasi Mencuci tangan
(Sumber: Source)
Terdapat dua senyawa biosidal (baca: zat kimia) yang mudah untuk ditemukan dapat  menjadi bahan  disinfektasi,  yaitu natrium hipoklorit dan alkohol. Natrium hipoklorit ini dapat kita temukan di produk pemutih pakaian yang digunakan sehari-hari. Natrium hipklorit yang digunakan untuk melakukan disinfektasi pada coronavirus yaitu pada konsentrasi 0,1%. Adapun alkohol dapat digunakan untuk disinfektasi pada permukaan yang berukuran kecil dengan konsentrasi  pertumbuhan virus memiliki konsentrasi 62 % sampai dengan 71 %. Selain penggunaan dua senyawa tersebut,  langkah lain untuk mencegah penularan coronavirus ke tubuh kita adalah dengan menjaga kebersihan tangan.   

Referensi:


Kampf, G., D. Todt, S. Pfaender, and E. Steinmann. 2020. Persistence of coronaviruses on inanimate surfaces and their inactivation with biocidal agents. Journal of Hospital Infection. 104: 246-251


Dinamika Awal Penularan Penyakit COVID-19

Ilustrasi Penyebaran Covid-19
(Sumber: Source)
Pembahasan mengenai penyakit COVID-19, tampaknya menjadi hal menarik untuk dipelajari. Pada postingan ini saya akan membagikan kepada pembaca mengenai dinamika penyebaran awal penyakit COVID-19 ini.

Pada awalnya COVID-19 ini dinamakan sebagai NCIP (Novel Coronavirus-Infected Pneumonia). Kasus ini pertama kali dilaporkan pada 29 Desember 2019 di Selatan Cina, Wuhan. Tepatnya berasal dari pasar yang memperjualbelikan hewan hidup dan seafood yang terletak di distrik Jianghan. Kasus pertama kali yang berhasil dilaporkan berjumlah 4 kasus yang kesemuanya adalah orang-orang yang berkaitan dengan pasar Huanan tersebut. Gejala yang ditunjukkan oleh orang yang menderita NCIP, oleh rumah sakit lokal disebut menyerupai penyakit pneumonia yang belum diketahui penyebabnya. Selanjutnya, penyakit ini diberikan nama 2019nCOV yang nantinya berubah menjadi COVID-19.

Sumber data yang digunakan adalah orang-orang yang telah dikonfirmas memiliki demam di atas 380C, bukti radiogafi dari penderita,  jumlah limfosit atau sel darah putih yang rendah serta tidak adanya gejala setelah diberikan antimikroba selama 3-5 hari dengan petunjuk standar klinis. Pengambilan data tersebut dilakukan hingga pada tanggal 23 Januari 2020 sehingga diperoleh 425 pasien penderita pertama NCIP. Sampel pengujian di laboratorium diperoleh dari saluran pernapasan pasien atau penderitan yang kemudian dilakukan ekstraksi RNA dan di uji dengan RT-PCR (Reverse transcription polymerase chain reaction). Data yang diperoleh dilakukan analisis statistik distribusi probabilitas Weibull.   

Berdasarkan data dari 425 pasien yang telah dikonfirmasi menderita COVID-19, ditemukan usia rata-rata penderita penyakit ini adalah 59 tahun dan 56%-nya berjenis kelamin pria. Sebagian besar kasus  terkena COVID-19 terjadi sebelum tanggal 1 Januari 2020 yang berkaitan dengan pasar Huanan  dengan persentase sebesar 55% dibandingkan dengan 8,6% pada kasus COVID-19 selanjutnya. Rata-rata periode inkubasi adalah 5,2 hari. Pada tahap awal, peningkatan epidemi menjadi dua kali lipat setiap 7,4 hari. 

Dari analisis data yang telah dituliskan pada paragraf sebelumnya, diketahui bahwa semua kasus COVID-19 berawal dari kontak atau mernah mendatangi pasar Huanan yang terletak di distrik Jianghan. Pada perkembangan selnjutnya, penyakit ini dapat ditularkan dari satu manusia ke  manusia lainnya. Pada walnya setiap penderita penyekit ini dapat menularkan penyakit ini ke 2,2 manusia sehat lainnya. Berbagai upaya untuk mengurangi penularan mpenyakit ini perlu dilakukan guna mengendalikan wabah ini, jika data dari dinamika penyebaran awal penyakit COVID-19 di awal juga berlaku ditempat lain. Perlu dilakukan tindakan preventif untuk mengurangi penyebaran penyakit ini. 

Referensi:

Li, Qun, Xuhua Gan, et al. (2020). Early Transmission Dynamics in Wuhan, China, of Novel Coronavirus–Infected Pneumonia. The New England Journal Medicine. 382(13): 1199-1207

https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-general-s-remarks-at-the-media-briefing-on-2019-ncov-on-11-february-2020 (diakses pada tanggal 26 Maret 2020)

Mitokondria: Pengertian, Struktur, serta Fungsinya

Terima kasih telah mampir ke blog saya, pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang salah satu organel sel, yaitu mitokondria. Mitokondria ini termasuk organel yang penting dan dibutuhkan oleh sel itu sendiri.  Mitokondria ini dapat ditemukan pada hampir semua sel eukariotik termasuk sel hewan, tumbuhan, fungi serta beberapa jenis organisme uniseluler eukriotik.  Selanjutnya , kita akan pelajari bersama tentang mitokondria meliputi pengertian, struktur dan fungsinya.

1. Pengertian Mitokondria
Mitokondria jika ditinjau secara bahasa berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu mito yang berarti  benang dan chondrion yang berarti granula, sehingga secara bahasa mitokondria dapat diartikan sebagai organel sel yang memiliki benruk menyerupai benang (memanjang) atau granula (butiran kecil). Mirokondria ini ditemukan tersebar di sitoplasma. Tetapi ada pula yang letaknya berdasarkan pola tertentu, seperti pada sel otot lurik, mitokondria terletak diantara serabut kontraktil otot atau di sel sperma mitokondria,  terletak di bagian ekornya. Jumlah mitokondria pada sel berbeda, ada sel yang tidak memiliki mitokondria bahkan ada juga sel yangjumlah mitokondrianya sangat banyak. Adanya perbedaan jumlah mitokondria pada tiap sel bergantung pada kebutuhan metabolik dari tiap sel itu sendiri. 

2. Struktur Mitokondria
Struktur mitokondria dapat kita pahami dengan memerhatikan gambar di bawah ini.
Bagan Struktur Mitokondria (Kiri) dan Pengamatan Mitokondria dengan  Mikroskop Elektron (kanan)
(Sumber: Reece et al, 2017)

Berdasarkan gambar tersebut, dapat dipahami bahwa struktur mitokondria adalah:


Membran luar 
Mitokondria memiliki dualapis membran yaitu membran luar dan membran dalam. Membran luar mitokondria berfungsi untuk membatasi mitokondria dan memiliki struktur yang halus. Ketebalan membran luar sekitar 6 nm. Membran luar memiliki kandungan fosfolipid yanglebih banyak jika dibandingkan dengan membran dalam. 

Membran dalam
Pada membran dalam berisi cairan  yang dikenal dengan nama matriks mitokondria.  Ketebalan membran dalam berkisar antara  6 nm  – 8 nm. Membran dalam memiliki permukaan yang lebih luas karena mengalami pelipatan ke arah dalam matriks sehingga membentuk krista. Berbeda dengan membran luar, membran dalam lebih banyak mengandung kardiolipin. Pada membran dalam mitokondria ini juga melekat oksisoma yang menjadi tempat utama fosforilasi oksidatif dan transpor elektron. 

Ruang intermembran
Ruang intermembran ini adalah batas dari membran luar dan membran dalam mitokondria. Pada ruang intermembran diisi oleh cairan yang berisi beberapa enzim.

Krista
Krista initerbentuk karena adanya pelipatan ke dalam dari membran dalam mitokondria. Krista ini terletak sejajar satu sama lain terhadap sumbu panjang mitokondria. Jumlah krista  didasarkan atas aktifitas aerobik dari sel itu sendiri. Sel-sel yang berada pada jaringan yang aktif melakukan respirasi aerobik memiliki sejumlah mitokondria dengan krista yang berkembang.

Matriks Mitokondria
Matriks mitokondria ini diselubungi oleh membran dalam mitokondria. Matriks mitokondria ini mengandung sejumlah enzim , DNA mitokondria (mtDNA), serta ditemukan adanya ribosom. Ribosom pada mitokondria ini ditemukan tersebar dalam cairan matriks mitokondria. Sejumlah enzim yang berada dalam matriks mitokondria berperan dalam mengkatalisis beberapa langkah dalam respirasi seluler.

3. Fungsi Mitokondria
Mitokondria dikenal sebagai The Powerhouse of Cell, artinya mitokondria merupakan organel yang menyuplai energi bagi sel itu sendiri. Energi yang diperoleh dari mitokondria berada dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat). Energi berupa ATP ini diperoleh melalui oksidasi karbohidrat. Oksidasi karbohidrat ini melalui tiga rangkaian proses yang dua diantaranya berlangsung di mitokondria. Tiga rangkaian proses oksidasi karbohidrat , yaitu glikolisis yang terjadi di sitoplasma, siklus krebs dan  rantai transpor elektron yang terjadi di mitokondria.

Bagan Reaksi Oksidasi Karbohidrat
(Sumber: Reece et al, 2017)
Glikolisis
Glikolisis adalah rangkain reaksi yang terjadi di sitoplasma yang mengoksidasi karbohidrat menjadi asam piruvat.  Proses glikolisis ini dalam satu rangkaian reaksi oksidasi karbohidrat terjadi sebanyak dua kali. Pada glikolisis terjadi beberapa reaksi yang melibatkan enzim yang berbeda pada tiap reaksi. Hasil akhir dari rangkaian reaksi glikolisis adalah 2 asam piruvat,  2 ATP, serta 2 NADH. 

Siklus Krebs
Siklus krebs terjadi pada bagian matriks mitokondria. Siklus krebs terjadi setelah melalui tahapan glikolisis. Bahan utama untuk melanjutkan ke siklus krebs adalah molekul asam piruvat yang diperoleh dari tahapan glikolisis. Namun, molekul asam piruvat ini diubah dulu menjadi asetil ko-A (koenzim A) melalui reaksi dekarboksilasi oksidatif.  Dekarboksilai oksidatif ini tidak hanya menghasilkan asetil Ko-A, juga menghasilkan 1 molekul NADH dalam satu kaloi reaksi. Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini terjadi sebanyak dua kali karena molekul asam piruvat yang akan diubah sebanyak dua buah molekul (akibat dari proses glikolisis yang terjadi sebanyak dua kali).  Setelah diubah menjadi asetil ko-A, kemuadian masuk ke tahap siklus krebs. Siklus krebs dalam satu reaksi menghasilkan 3 NADH, 1 ATP dan 1 FADH2. Karena siklus krebs terjadi sebanyak duakali dalm satu rangkain oksidasi karbohidrat maka total yang diperoleh dari siklus krebs tersebut adalah 6 NADH, 2 ATP dan 2 FADH2.

Transpor elektron
Transpor Elektron terjadi di membran dalam mitokondria. Transpor Elektron lebih tepatnya terjadi di Rantai Transpor Elektron (RTE), yaitu sekumpulan molekul yang berada pada membran dalam mitokondria.  Transpor elektron ini mengubah molekul NADH dan FADH2 menjadi energi dengan mentranspor elektron pada molekul tersebut melalui bantuan enzim.  Hasil oksidasi dari satu molekul NADH adalah 3 ATP, sedangkan untuk molekul FADH2 adalah 2 ATP, sehingga total ATP (energi) yang diperoleh dalam satu kali rekasi oksidasi karbohidrat adalah 36 ATP.  
  

Referensi:

Marianti, Aditya dan Sumadi. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu

Reece, Jane B. et al. 2008. Biologi. Edisi Kedelapan Jilid 1. Terjemahan Damaring Tyas Wulandari. Erlangga: Jakarta

Reece, Jane B., et al. 2017. Campbell Biology.  11th Ed. Lake Ave: Pearson Education

Pola Pewarisan Sifat Mendel

(Sumber: Source)

Siapa yang tidak kenal dengan Mendel? Seorang biarawan berkebangsaan Austria, Gregor Johan Mendel. Pada tahun 1866, dia melakukan publikasi pada berbagai macam temuannya mengenai rangkaian persilangan dengan menggunakan kacang ercis (Pisum sativum). Dari berbagai macam persilangan yang dilakukan, Dia berhasil menemukan prinsip dasar pewarisan sifat yang menjadi landasan bagi perkembangan ilmu genetika.

Tentunya pemilhan kacang ercis sebagai bahan percobaan memiliki beberapa alasan, yaitu sebagai berikut.


  • Memiliki beberapa pasang sifat yang mencolok perbedaannya, salah satunya warna bunga yang dapat dibedakan  antara ungu dan putih.
  • Dapat melakukan penyerbukan sendiri, dan dengan bantuan manusia dapat juga melakukan penyerbukan silang. Hal tersebut karena jenis bunga tanamn ini adalah bunga sempurna.
  • Memilki daur hidup relatif pendek, mudah ditumbuhkan dan dipelihara.
  • Tanaman ini termasuk tanaman diploid.

Mendel melakukan dua macam persilangan, yaitu perliangan dengan satu sifat beda dan persilangan dengan dua sifat beda

1. Persilangan dengan satu sifat beda
Persilangan dengan satu sifat beda ini dikenal dengan istilah monohobrid. Pada percobaannya, Mendel manyilangkan kacang ercis yang tinggi dan pendek. Tanaman yang dipilih berasal dari galur murni. Persilangan kacang ercis galur murni tinggi  dengan galur murnipendek memberikan keturunan tanamn kacang ercis tinggi. Selanjutnya, tanaman ini dibiarkan dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri. Hasil penyerbukan sendiri tanaman tinggi tersebut memperlihatkan perbandingan tanaman tinggi terhadap tanaman pendek sebesar 3:1. Secara skema dapat dilihat sebagai berikut.

 P1           :               DD (Tinggi) x dd (Pendek)
Gamet     :               D (Tinggi); d (Pendek)
F1            :               Dd (Tinggi)
P2            :               Dd  (Tinggi)  x Dd (Tinggi)
Gamet     :               D (Tinggi), d (Pendek) ; D (Tinggi), d (Pendek)
F2            :

D
D
D
DD (Tinggi)
Dd (TInggi)
D
Dd (TInggi)
dd (Pendek)
Tinggi (D-) : Pendek (dd) = 3 : 1
DD : Dd : dd =1 : 2 : 1

Hasil percobaan persilangan dengan satu sifat beda oleh Mendel ini dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I
Hukum Segregasi:
Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan disegregasi ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.

2. Persilangan dengan Dua Sifat Beda
Selain melakukan persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan persilangan dihibrid (perslangan dengan dua sifat beda). Salah satu contohnya adalah persilangan galur murnikedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbji hija-keriput.  Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. Selanjutnya F1 ini dibiarkan menyerbik sendiri, maka diperoleh empat macam individu generasi F2, Masing-masing berbiji kuning-halus, kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan perbandingan 9:3:3:1.

P1            : GGWW (Kuning,Halus) x ggww (hijau,keriput)
Gamet     : G (Kuning), W (Halus); g (hijau), w (keriput)
F1            : GgWw (Kuning,Halus)
P2            : GgWw (Kuning,Halus) x GgWw (Kuning,Halus)
F2              :

GW
Gw
gW
gw
GW
GGWW
(Kuning-halus)
GGWw
(Kuning-halus)
GgWW
(Kuning-halus)
GgWw
(Kuning-halus)
Gw
GGWw
(Kuning-halus)
GGww
(Kuning-keriput)
GgWw
(Kuning-halus)
Ggww
(Kuning-keriput)
gW
GgWW
(kuning-halus)
GGWw
(Kuning-halus)
ggWW
(Hijau-halus)
ggWw
(hijau-halus)
gw
GgWw
(kuning-halus)
Ggww
(Kuning-keriput)
ggWw
(hijau-halus)
ggww
(hijau-keriput)
(Kuning-halus) : (Kuning-keriput) : (hijau-halus) : (hijau-keriput) = 9 : 3 : 3 : 1
(G-W-) : (G-ww) : (ggW-) : (ggww) = 9 : 3 : 3 : 1

Hasil percobaan dengan dua sifat beda ini selanjutnya dikenal dengan nama hukum Mendel II atau hukum pemilihan bebas.
Hukum Pemilihan Bebas:
Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi  gen-gen secara bebas.


Referensi: 

Susanto, Agus Hery. 2011. Genetika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sumner, Adrian T. 2003. Chrosomes: Organization and Function. Oxford: Blackwell Publishing